Senin, 22 Maret 2021

 Aku? jadi istri bangsawan? (Chap 1)

Karya :rae_hyan1106

Takdir mempertemukan kita…

Apa kau percaya takdir? Ketika kau bertemu dengan seseorang yang baru pertama kali kau lihat. Seakan-akan kau sudah  lama bertemu dengannya? Jujur saja, aku  tidak percaya itu. Tapi ketika aku merasakannya, merasakannya dengan orang itu… seakan. Aku. Mengenalnya dengan waktu yang sangat lama. Ya, ini berawal di musim semi. Pertemuan tidak sengaja kita berawal.

Di toko buku itu. Kita bertemu.

Aku Nayra Kim atau biasa dipanggil Nay. Diumurku yang menginjak usia 20 tahun. Aku menjalani kehidupan membosankanku sebagai pekerja paruh waktu di cafe milik temenku. Walau gajinya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk kebutuhan hidupku sehari-hari. Kedua orang tuaku telah tiada. Aku tinggal sendiri dirumah pemberian kedua orang tuaku.

“Nay… Nay… Yak Nayra. Kenapa kau melamun heh?”

“Ya?. Haduh Jangan mengagetkanku Ayami. Aku menjitak kepala ayami cukup keras.

Ayami itu temen waktu aku kecil dan hingga aku menginjakan kakiku di universitas dia lah yang menjadi temen satu-satunya untukku. Ya dari jaman aku sd, smp bahkan kuliah pun aku selalu bersama dia. Aku juga tidak tahu takdir apa yang mempertemukan kita hingga kita selalu bersama sedari kecil. Dia gadis yang baik hati, kaya dan juga cantik. Dia merekrutku bekerja di cafe milik keluarganya. Ayami itu sudah seperti Cinderella jaman modern. Memiliki banyak uang, temen, keluarga, dan banyak orang yang menyayangi dia. Berbanding terbalik denganku. Aku hanya gadis miskin, bahkan temen pun aku tidak punya. Bahkan sepupu sepupuku saja tidak ada yang mau merawatku, mereka seakan membuangku begitu saja.

Semua Berawal ketika aku berusia 5 tahun. Aku beserta ibu dan ayah pergi untuk mengunjungi rumah nenekku. Aku sangat senang bisa menghabiskan waktu berlibur musim panasku untuk mengunjungi rumah nenek di jeju. Ya, aku lahir dijeju dan ketika aku berumur 10 tahun aku pindah ke seoul karena kedua orang tuaku berpindah tempat kerja di seoul. Mau tidak mau aku harus ikut dengan mereka. Sebenarnya aku sangat tidak rela pindah ke seoul. Aku anak yang tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku sangat suka tinggal di jeju dibandingkan di seoul. Selain udaranya yang sangat sejuk di jeju, pemandangannya juga indah dan juga di jeju ini aku mempunyai banyak teman. Aku tidak mau meninggalkan mereka. Kalau aku pindah ke seoul mau tidak mau aku harus mencari temen lagi. Dan aku sangat tidak mudah untuk bergaul dengan orang baru. Tapi aku harus menuruti kemauan kedua orang tuaku. Dan juga aku tidak ingin merepotkan nenekku. Maka dari itu aku harus ikut pergi ke seoul, sekolah disana dan mencari teman baru.

“NayNay sayang, apa kamu bawa oleh oleh buat nenek?

“ Iya eomma. Aku tidak akan melupakan yang satu itu” aku terkekeh.

“Ya sudah kalau begitu”. ibuku pun ikut terkekeh juga.

“Baiklah ladies-ladies kesayangan ayah. Kalo begitu mobil kita akan meluncur kerumah nenek”. Teriak ayahku kencang .

Aku dan ibuku hanya bisa tertawa melihat kelakuan ayahku yang kekanak-kanakan itu.

Aku sangat lelah kemaren karena membikin sebuah cerita untuk kujadikan novel suatu hari nanti kalo aku sudah besar. Aku sangat menyukai menulis cerita. Cita-citaku dari umur 6 tahun hingga aku besar nanti, aku ingin menjadi penulis seperti ayahku. Ya, ayahku seorang penulis. Mungkin bakat menulisku diturunkan olehnya. Karena aku sangat lelah, aku tidak sengaja tertidur. Aku yang waktu itu tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi hanya terlelap disamping eommaku.

Aku hanya mendengar sayup sayup suara ayahku yang mengatakan kepada eomma. “Tolong selamatkan Nayra kita, sayang. Peluk dia. Rem mobil kita tidak berfungsi,”

“Apakah itu benar”?

“Ya. Bagaimana pun selamatkan putri kita”.

Lalu setelah itu tiba tiba saja aku berada dirumah sakit. Dan ketika aku bangun dokter mengatakan ayah dan ibuku meninggal dilokasi kejadian. Aku yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hanya menatap dinding rumah sakit dengan pandangan kosong. Kenapa? Kenapa ayah dan ibuku meninggalkan aku? Bukankah seharusnya kita kerumah nenek dan bersenang-senang dirumah nenek? Tapi, kenapa jadi begini?

“Nay.. Woy Naira?” tepuk ayami dibahuku. “apa kau baik baik saja?”

Ayami menyadarkanku dari lamunan tentang kedua orang tuaku.

“Ya aku baik baik saja” jawabku sambil tersenyum.

“Tapi aku melihatmu melamun, dan astaga kamu menangis ? tanyanya khawatir.

Aku yang dari tadi melamun mengenang kejadian itu hanya bisa melongo melihat air mataku jatuh dipipiku. Aku menyeka air mataku dengan tangan.

“Serius kau baik baik saja ? aku mencemaskanmu Naira sayang”.

Ayami memelukku sangat erat. Aku yang mendapat pelukan tiba tiba itu akhirnya tidak bisa membendung kesedihanku. Aku pun menangis dan ayami pun ikut menangis juga. Aku sebenarnya tidak ingin membuat temen kesayanganku ini khawatir dan sedih, tapi pada akhirnya aku membuatnya cemas dan sedih. Aku makin merasa bersalah kepadanya. Perlahan-lahan pelukannya mengendor.

“sudah sudah jangan menangis lagi. Bukankah aku sudah mengatakan dari awal untuk kamu supaya kamu tidak sedih lagi? Kamu mengenang kejadian yang waktu itu lagi kan? Kalo kedua orang tuamu tau kau menangis lagi, mereka bakal sedih. Ayami mengusap ngusap kepalaku dengan lembut dan menyeka air mataku dengan tangannya”.

“Baiklah aku tidak akan berlarut larut dalam kesedihan lagi” ucapku sambil tersenyum tulus. Terima kasih ayami. Kamu selalu memperhatikanku, selalu berbuat baik kepadaku, selalu menolongku disaat aku sedang terpuruk. Aku bahagia mempunyai temen seperti kamu. Walau Cuma kamu temen satu satunya itu tidak apa apa, asal membuatku bahagia dan tidak sendirian lagi, ucapku dalam hati.

“Baiklah. Kamu harus bersemangat lagi ok ?  Hup.. hup.. hup semangat. Ucapnya riang sambil berloncat-loncat kesana kemari. Aku pun hanya tertawa melihat kelakuannya. Dia percis seperti bocah kelas 6 sd.

“Hmmm.. pelanggan hari ini tidak lumayan rame ya? Apakah karena udaranya terlalu dingin?”

“Udara Musim Semi sangat dingin, mungkin orang-orang malas untuk pergi keluar. Ayami pun berucap

Aku melihat kearah jendela. Akhirnya musim semi tiba. Musim yang sangat aku dan ibuku suka. Musim bunga-bunga bermekaran sangat cantik. Dan udaranya sangat menyejukkan untukku dan untuk semua orang.

Kringg…. Pintu depan cafenya terbuka. Menandakan pelanggan datang.

“Selamat datang di cafe Mocchalatte.” Ucapku sambil tersenyum kepada pelanggan.

Tak terasa waktu sudah menjelang sore hari. Waktunya aku pulang dan berganti shif dengan pekerja yang lain. Hari ini aku libur kuliah, maka dari itu aku bisa bekerja sampe sore hari. Biasanya aku hanya bekerja sampe siang hari. Lalu siang harinya aku kuliah. Karena hari ini aku tidak mempunyai jadwal kuliah maka dari itu aku sibukan dengan bekerja di cafe.

Aku tidak mempunyai temen dikampusku. Hanya mempunyai temen satu. Yaitu ayami selain itu aku tidak mau berdekatan dengan mereka. Mereka selalu memandangku dengan tatapan aneh dan sinis. Aku tidak menyukainya. Seakan mereka jijik . seakan aku ini makhluk rendahan dimata mereka. Berbanding terbalik dengan ayami yang menatapku dengan tatapan lembut dan dia tersenyum tulus , ketika dia mengatakan ingin menjadi temenku. Aku bersyukur. Karena masih ada yang peduli kepadaku. Walau Cuma satu orang.

“Apa kamu mau pulang naynay ? Tanya ayami kepadaku. “

“Ya tentu. “

“Apa aku harus mengantarmu? “

“Tidak usah ayami. Aku bisa sendiri. Aku bukan anak kecil asal kau tau. Aku menggembungkan pipiku kesal.”

“Hahaha. Baik. Baik aku mengerti tuan putri.”

“Yak, jangan memanggilku seperti itu? Kau kira aku nih putrimu?

“Kau sangat menggemaskan jika sedang kesal begitu. Ayami mencubit pipiku.”

“Aww, sakit bodoh. Aku pun menjitak kepala ayami. Dan ayami pun terlihat merintih kesakitan.”

“Heyyy.. sakit tau tuan putri. Kenapa kau menjitak kepalaku?”

“Karena kau sangat menyebalkan. Teriakku putus asa.” Dan ayami pun hanya tertawa. Menyebalkan sekali dia.

“Sepertinya bakal ada yang menjagamu bekerja malam ini ayami. Lihatlah lelaki itu. Dia tersenyum kepadamu.”

Ya. Dia lelaki yang sering datang ke cafe kami, namanya keith. Dia lelaki berkebangsaan australia. Dia tampan dan juga baik hati. Aku pernah bertemu sekali dengannya. Dan sepertinya dia menyukai ayami. Terlihat dari wajah dan kelakuannya yang terlihat malu malu. Percis seperti ayami yang sekarang, yang juga terlihat seperti itu. Pasangan ini membuatku iri saja. andai saja, aku mempunyai pacar yang seperti itu. Mungkin sudah ku ajak nikah hohoho.

“Yak naynay ya. Kau kenapa heh? Naksir dengan pacarku?” ayami membuyarkan lamunanku.

Hey yang benar saja? anak ini…

“Dia tampan kan? Jelas saja seleraku sangat tinggi dalam memilih pacar. Tapi kau jangan naksir dengannya. Dia pacarku!!! Memangnya kau mau jadi pelakor?”. Dia berbisik padaku.

Anak ini lama-lama membuatku kesal saja. aku hanya bisa mendelik tajam padanya. Dan lihat? Dia tertawa terbahak-bahak. Membuatku kesal saja.

“Maaf mengganggu waktunya. Anu, apakah aku boleh menemanimu hari ini ayami ? “ ucap lelaki itu.

 “Oh ? tentu aja keith. Kau boleh menemani ayami. Aku juga sudah mau pulang.”

“Ah, terima kasih.” Jawabnya malu.

Ah keith ini sangat menggemaskan sekali. Dia terlihat malu-malu begitu.

“Aku pulang ya ayami. Oh, keith ya, bisa kau jaga ayami untuk ku?”

“Baiklah. Aku mengerti nayra.” Laki laki itu berucap yakin dengan menatapku.

“Hati-hati di jalan nayra sayang.”

Aku pun tersenyum kepadanya. Dan melambaikan tangan kepadanya.

“Ah sepertinya tidak apa apa aku meninggalkan ayami dengan keith. Lagipula sepertinya dia lelaki yang baik. Aku bisa melihat kesungguhan dari matanya. Ucapku pada diri sendiri.”

Apa aku harus mencari temen? lagipula temenku hanya ayami. Aku nampak berfikir, Tidak. Tidak. Tidak. Aku suka pada kesendirianku. Ucapku yakin dalam hati.

“Hari ini novel seri kedua, bangsawan misterius rilis. Aku harus membelinya!!!.”

Aku ini penggemar fanatik shoujo manga dan juga penggemar novel percintaan hohoho. Akhirnya aku sampe didepan toko yang menjual serba serbi manga, novel maupun buku buku bersejarah ada disini.

 “Aku hanya ingin membeli novel bangsawan misterius, dan beberapa manga edisi terbaru. sehabis itu, aku akan langsung pulang kerumah dan membacanya”. Ucapku penuh dengan semangat.